Postingan

Menampilkan postingan dari September 17, 2023

Puisi - Lampau

Lampau Karya: Teguh Jairyanur Akbar “acap kali angin itu menerpa dengan badainya yang begitu keras,  kerap kali juga api itu membakar dengan baranya yang amatlah panas,  dan kian kali pula air itu menghempas dengan ombaknya yang sangatlah ganas,  begitu-pun aku, maksudku rindu ini,  rindu yang mendekap dan membaluti-ku kini, teramatlah nahas pikirku, ia menyelubungiku, mengerubungiku, setiap sepiku, di malam-malam dinginku, RINDU... dengarlah tanyaku, PUAS ? apakah kau sudah puas ? ayolah...  jawab... jawab tanyaku... aku sedang bertanya... betapa kurang ajarnya kau, kau buat aku mendekam, meringkuk, dan bahkan merengek, lalu setelah aku muak dan berdiri tegap lagak seorang kesatria, kau berlindung dibalik molek indah wanita itu, selalu saja seperti itu... SIALAN, dan sadarku, begitulah kamu, dan beginilah aku setelah denganmu, kiranya kini aku setuju dengan ujar-ujar suatu keindahan yang tak pernah lekang oleh waktu, aku membuktikannya pada dirimu, dan kamu menegaskan hal itu, kau jad

Puisi - Tak Kurayakan

  Tak Kurayakan Karya: Teguh Jairyanur Akbar Tidak ada perayaan hari ini Tidak ada keraguan untuk memaki hari-hari ini Tidak ada suka hanya duka Tidak ada kemenangan hanya kemalangan dan kesengsaraan           SEPTEMBER itu;  GELAP                                           HITAM                                           SURAM bulan yang penuh catatan merah, kerusakan, kehancuran, gelimpangan mayat, dan tumpahan darah. bulan yang mengukir ragam peristiwa tragedi [...] "ini ironi" kataku, "ini demi negeri" kata penguasa. bangsat... bangsat... bangsat... tangisan pecah atas kehilangan, rintihan getir atas ketidakadilan, jeritan pekik atas kesewenang-wenangan. tanpa belas kasih; mereka rampas hak kami, mereka renggut kepemilikan kami, mereka ranggas segala pengharapan kami, mereka membabi buta menggusur rumah-rumah kami, mengeruk hasil bumi kami, mengambil tanah-tanah kami, dan... kami dilarang bertahan, dilarang melawan, dilarang bersuara, dilarang melihat dan merasa..

Puisi - Aku Mengutuk Mereka

  Aku Mengutuk Mereka Karya: Teguh Jairyanur Akbar kurenungi kembali perjalanan yang telah lalu kucermati hari-hari penuh renjana dan benalu kutapaki tiap titihannya dengan ragu yang kian mebelenggu bencana nalar yang kian nyata meratapi tubuh-tubuh pengelana, bagai dikultuskan dalam peribadatan paling khidmat, mereka merencanakan tidur lelap bagi kita. kami "disucikan" mereka bilang... nyatanya kami ditelanjangi tanpa sehelai benang melindungi kami "dimahsyurkan" mereka bilang... nyatanya kami hanya dilumpuhkan tanpa banyak bicara kami "disembuhkan" mereka bilang... nyatanya kami sedang dilemahkan dalam buai-buai kearif-an MENOLAK TUNDUK DAN BANGKIT MELAWAN — dan sekarang kutanya... mana? dimana? kemana? hilangkah sudah? bualan sampah yang teramat niscaya di telingaku... kukatakan pada kalian wahai para pembokong otoritas... dengarkanlah... jika aku adalah warna - aku adalah warna yang paling pekat jika aku adalah irama - aku adalah irama yang paling gila

ARTIKEL RTL SEKPOL - BERAS JADI PEMBAHASAN MASALAH KLASIK EKONOMI

  Beras yang Menjadi Pembahasan Masalah Klasik Ekonomi Indonesia Oleh : IMMawati Amalia Herawati IMMawati  Novi Fitriani IMMawan  Harits Maulana  IMMawati  Sya’bani  IMMawati  Putri Asisiah  IMMawati  Nur Mar’athu              Ada apa dengan kondisi pertanian di Indonesia, kenapa bisa ironis? Perlu kita tahu bahwa sebagian beras yang kita konsumsi tiap hari, sebagian sumbernya bukan dari hasil panen para petani kita, melainkan impor alias beli dari luar negeri. Padahal Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang luas dan subur, tetapi beras saja yang menjadi bahan makanan pokoknya memilih untuk impor.             Negara Indonesia mempunyai 26,3 juta hektar lahan subur untuk lahan pertanian dari total wilayah daratan Indonesia. Kalau kita lihat dari sisi potensi pertanian di Indonesia harusnya para petani bisa hidup sejahtera, tetapi ironisnya kesejahteraan petani justru terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan sejak tahun 2000 negara kita sudah menjadi importir beras. A

ARTIKEL RTL SEKPOL - CORONAVIRUS

  CORONAVIRUS (COVID-19) Oleh : IMMawati Jilan Bahiiroh Mumtaz IMMawati   Ruli Eko Wahyu IMMawan  Muhammad Rahul Musthofa IMMawati  Fatimah Wahyu Ermawati IMMawan  Faza Nurul Syifa IMMawati  Restiana Mulyaviani IMMawati  Hasna Aqila Yumna             Covid -19 sudah tidak asing lagi di telinga seluruh penjuru dan menjadi suatu peristiwa besar di seluruh negara, Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak covid-19 bahkan menyumbang 7,8 persen angka kematian dan termasuk salah satu yang tertinggi didunia, akibat timbulnya pandemi Covid-19 sejak bulan Maret di Indonesia. Perekonomian pun mengalami pembatasan aktivitas ekonomi barang dan jasa yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja hingga merebet kearah penutupan tempat pariwisata dan sector pendukung yang membuat ekonomi Indonesia menjadi satu dari sekian sector yang perfomanya menurun. Ekonomi Indonesia saat ini pada triwulan II 2020 mengalami kondisi kontraksi minus hingga -5,23% yang mana hasil tersebut meleset dari