Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 30, 2014

Politik Yang Biasa Saja

Gambar
Oleh : IMMawan Ilham Adhi Pangestu S ejarah politik Indonesia lebih banyak diwarnai oleh salah paham atau bahkan paham yang salah. Dan kesalahan itu dimulai dari cara pandang kita melihat politik itu sendiri. Karena itu, efek kesalahan tersebut menjadi sangat mendasar. Pada masa Orde Lama, politik ditetapkan sebagai “panglima.” Politik menjadi komando yang mempengaruhi segala dimensi kehidupan. Mereka yang tidak ikut dalam arusnya harus menyingkir atau disingkirkan. NASAKOM dan MANIPOL-USDEK, sebagai serangkaian gagasan, mungkin mengandung banyak hal penting dan menarik. Tetapi ia kemudian diperlakukan lebih sebagai slogan serta menjadi simbol betapa totalnya dimensi politik dalam kehidupan bernegara. Politik sebagai panglima juga berlaku dalam bidang kehidupan lain, seperti kebudayaan dan kesenian. Garda terdepannya adalah LEKRA, organ Partai Komunis Indonesia yang siap mendukung pemberangusan bagi mereka yang berbeda. Di sini tak ada tempat untuk musik ngak-ngik-ngok atau

Ijtihad Jalan Dakwah

Gambar
oleh : IMMawan Tsakib Faisal Akbar         Sebagai sebuah kenyatan sejarah, begitu kata Kuntowijioyo, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi (parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.         Islam yang hadir di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dengan tradisi atau budaya Indonesia. Sama seperti Islam di Arab saudi, Arabisme dan Islamisme bergumul sedemikian rupa di kawasan Timur Tengah sehingga k

Jalan Baru Peradaban Kita

Gambar
Oleh: Tongku Marahakim Semakin zaman bergerak maju, semakin terang manusia-manusia modern menemukan titik kegilaannya pada penggunaan segala produk barat yang kapitalistik. Bagai buah pinang dibelah dua, istilah “manusia modern” berbanding lurus dengan pola konsumtif segala produk modern. Tidak mengherankan jika hingga saat ini Amerika dan Eropa tetap dengan predikat Negara Maju-nya. dan Indonesia? Masih mapan dengan status Negara berkembang. Mengapa demikian? Bukankah pemerintah kita menjiplak teori pertumbuhan ekonomi dan merupakan anak emas IMF dan World Bank? Pemerintah kita masih “istiqomah” dengan hal-hal diatas. Tetapi sialnya, sebagai kelas masyarakat menengah dan bawah, kita tidak mengetahui strategi “bayangan” pendukung teori diatas. Strategi itu adalah hegemoni seperti diungkapkan Gramsci dimana status “ pengguna barang” sedari dini baik dalam lembaga pendidikan maupun media massa. Proses indoktrinasi akan pola konsumtif ini dijalankan oleh pemilik modal (Kapitali

Dari Mana Kita Mulai ?

Gambar
Oleh: Tongku Marahakim “ Teruntuk kaoem boeroeh di seloeroeh dunia, BERSATULAH” Pidato pembuka Tan Malaka saat Komintern II, Soviet Ali Syaria’ti, seorang intelektual muslim Iran yang hidup pada rezim otoriter Syah Iran, merupakan salah satu tokoh pencetus revolusi Iran. Ia adalah manusia rausyanfikr, intelektual tercerahkan yang mencerahkan pemuda Iran untuk bangkit menantang si penindas. Syah Pahlevi yang dzalim. Ia berpidato tentang Islam dan pembebasan tidak dimasjid, tidak pula di gedung parlemen. Tapi diruang perkuliahan yang beku dan kental berbau akademis itu ia mengungkapkan pandangannya yang cemerlang dan berpihak kepada orang-orang miskin dan kaum tertindas ( Musthada’fin ). Ia meninggal dunia sebelum melihat buah perjuangannya beserta para Mujahid Iran . Namun manusia yang bermanfaat adalah sebaik-baik manusia (Hadist Nabi). Ia memberikan karya-karya kemanusiaannya dengan melahirkan beberapa buku diantaranya Haji, Membangun Masa Depan Islam, Peran C