Juara 1 Lomba Menulis_Nominasi Artikel_Erma Yesiana_PK IMM Moh. Hatta FEB UMS
PEREMPUAN
DIRUMAH ATAU DILUAR RUMAH
Oleh : Erma Yesiana (PK IMM Moh. Hatta FEB UMS)
Assalamu’alaikum
Wr, Wb
Seiring
berjalannya waktu, modernisasi bukan hanya merubah pergaulan, gaya hidup,
budaya namun juga segala aspek kehidupan manusia, baik dalam pola pikir maupun
kinerja. Salah satunya ialah manusia dalam memandang kehidupan perempuan. Menurut
penelitian Stanford University,
perempuan menangkap pesan-pesan di bawah alam sadar secara lebih cepat dan
akurat yang disebut intuisi, kemunculannya berdasarkan pada proses mental di
luar kesadaran yang mana banyak perempuan tidak sanggup menerangkan secara
spesifik bagaimana datangnya, maka dari itu perempuan dikenal makhluk yang bekerja dengan kepekaan dan emosinya. Kepekaan
inilah yang menjadikan suatu hal berbeda dan membuatnya semakin kompetitif.
Menurut Dr. Aisyah, perempuan dibekali dengan ketebalan otak bagian tengah yang
membuatnya dapat multitasking, mengerjakan banyak hal dalam waktu yang
bersamaan. Jadi bersyukurlah bagi perempuan karena hal ini hanya dimiliki oleh
perempuan saja.
Dibalik
kelebihan-kelebihan perempuan, terkadang masih ada perempuan yang belum merdeka
sampai saat ini, terbukti setiap peringatan International
Women’s Day, tak sedikit perempuan yang melakukan orasi-orasi maupun
menulis dan membuka fakta-fakta mengenai pelecehan verbal, non verbal dan seksual
maupun kekerasan lainnya terhadap perempuan. Padahal jelas kita hidup di Negara
Demokrasi yang dijamin Hak dan Kewajibannya oleh pemerintah Indonesia, namun
masih saja keadilan belum didapatkan. Tak bisa kubayangkan, perempuan Indonesia
sebelum ada R. A. Kartini, yang mana R. A Kartini ini merupakan tokoh perjuangan
perempuan terkenal di Indonesia sampai-sampai hari lahirnya diabadikan menjadi
Hari Nasional. Pendidikan rendah bahkan tak di sekolahkan, poligami dan
perjodohan dialami oleh perempuan dahulu. Perempuan yang dibelenggu dengan
aturan dan adat istiadat membuat mereka merasakan ketidakadilan, bahkan
diskriminasi gender, antara perempuan dan laki-laki.
Berbicara
mengenai Gender, gender adalah peran sosial yang melekat pada perempuan maupun
laki-laki, peran ini berdasarkan penilaian masyarakat. Biasanya gender
dihubungkan dengan feminisme, suatu gerakan sosial yang terus mengkampanyekan
hak-hak perempuan, baik hak memilih, politik, upah dan menghilangkan
kesenjangan yang dialami perempuan. Dalam hal gender, mengenal dua kata yang
sering digaungkan oleh para feminis yaitu kesetaraan dan keadilan. Dua kata
yang sebenarnya memiliki konotasi positif tergantung dengan kata selanjutnya.
Contoh saja kata, Membangun peluang pendidikan yang setara dengan laki-laki dan
mendapatkan upah yang adil. Kata adil dan setara terlihat sama jika berbicara
mengenai sosial, politik atau konteks lainnya selain agama dan budaya. Dalam
konteks Agama dan budaya ada beberapa sesuatu yang harus ditempatkan sesuai
proporsionalnya sehingga penggunaan kata setara harus hati-hati dalam
memaknainya, apalagi jika sudah melawan kondrat sebagai perempuan. Perlu
diketahui bahwasanya perlawanan-perlawanan perempuan sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad saw, yaitu Asyiah, istri Nabi yang ke tiga. Dengan menggunakan
kecerdasan dan keberaniannya membuat Aisyiah membuktikan bahwasanya perempuan
juga bisa, bukan hanya laki-laki.
Sampai saat ini, perempuan atau kartini-kartini
sudah memperlihatkan sepak terjangnya di dunia pekerjaan, pendidikan, politik
dan ekonomi baik dalam hal akademik maupun non akademik, perempuan bisa dan
berani untuk aksi dan speak up. Posisi-posisi
strategis yang diusahakan untuk dapat diduduki juga oleh kaum perempuan membawa
perubahan yang cukup signifikan menurut biro statistik “strategi kehidupan perempuan kepala rumah tangga” seperti,
fenomena kuantitas perempuan bekerja diluar rumah meningkat, kuantitas
perempuan menjadi kepala rumah tangga mengalami peningkatan, semakin perempuan
dihargai oleh Negara maka perempuan dapat ikut berpartisipasi membawa impact baik
untuk masyarakat luas, bukan hanya untuk perempuan saja.
Beberapa perempuan menyebut karir
sebagai tantangan. Selain karir, perempuan tetap miliki tanggung jawab dalam
mengurus Rumah Tangga. Sehingga perempuan harus bekerja keras dalam
pengembangan-pengembangan karirnya. Jika saat ini perempuan sudah mampu
membuktikan kepada dunia bahwa perempuan dapat bekerja diluar rumah, tak hanya
berpaku dengan dapur dan mesin cuci atau mengurus anak. Namun dapat membagi
waktu dengan bekerja diluar dan merealisasiakan dari ilmu-ilmu yang
didapatkannya selama di bangku pendidikan.
Melihat kondisi di tahun 2020 ini,
yang mana mengalami pandemi Covid-19, dirasakan oleh dunia tak hanya Indonesia
membuat lumpuhnya perekonomian diberbagai Negara, karena adanya beberapa
aktivitas yang harus dihentikan untuk keamanan dan kesehatan bersama. Lalu kartini-kartini
Indonesia bahkan perempuan di luar Indonesia pun masih bisa menampakkan kepada
dunia bahwa dengan dan tanpa di rumah mereka tetap dapat beraktivitas.
Menerapkan social distancing sesuai
anjuran Presiden Indonesia, Bapak Jokowi “Bekerja di rumah dan belajar pun
dirumah”. Perempuan masih dapat menjalankan seperti hari-hari biasanya ketika
sebelum pandemi, tentunya dengan usaha karena pandemi juga tantangan untuk
sebagian perempuan. Beberapa perempuan ada yang masih bekerja karena peraturan
di tempat kerja, baik dengan profesi dokter, perawat, karyawan ataupun buruh pabrik
yang masih aktif melakukan produksi sebab bagi Negara berkambang rasanya belum
mampu jika melakukan lockdown dengan
kondisi perekonomian yang masih belum stabil.
Ditengah pandemi,
kerja dan belajar dari rumah membawa dampak yang berbeda bagi perempuan dan
laki-laki. Kondisi ini juga dapat menambah beban perempuan yang mana mengemban peran
ganda dengan mengurus rumah tangga sekaligus pekerja. Ketika ekonomi keluarga
tak stabil, perempuan rentan mendapatkan kekerasan rumah tangga seperti
kekerasan fisik, psikis, finansial dan seksual sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan mental perempuan. LBH APIK mengungkapkan,
terjadi peningkatan pengaduan kasus kekerasan, pemerkosaan, pelecehan seksual,
dan pornografi online di masa
pandemi, dengan menerima pengaduan
melalui hotline, sosial media, dan e-mail. Bagi sebagian perempuan yang
belum mendapatkan keadilan meskipun itu minoritas, berada dirumah maupun diluar
rumah adalah sebuah ancaman. Maka dari itu, bagi kaum-kaum perempuan,
kartini-kartini yang tidak mendapatkan perlakuan buruk atau peran sosial yang
melekat akibat budaya patriarki tetap berjalanlah maju, membuktikan dengan
mengemban peran ganda akan tetap amanah dalam menjalankannya.
Hari kartini tahun
2020 ini merupakan paling istimewa disepanjang sejarah sejak kelahiranku
ditahun 2020, yang mana kusaksikan perempuan-perempuan tetap melambung
memperlihatkan sepak terjang ditengah pandemi Covid-19. Aku ucapkan selamat perempuan
berbicara, salamat perempuan berkarya, selamat para karyawan perempuan, selamat
pahlawan kesehatan perempuan dan selamat bagi para buruh perempuan. Apapun profesi
kartini-kartini di tahun 2020 ini, peran ganda tetap kalian emban dengan baik.
Hidup Perempuan !
Billahi
Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu’alaikum
Wr, Wb
Komentar
Posting Komentar
Wajib komentaar, neng ojo saru-saru.