28 Oktober Sebagai Hari Sumpah Pemuda Oleh Erma Yesiana (Sekertaris Bidang Hikmah PK IMM Moh. Hatta 2019-2020)
Hidup Mahasiswa !
Hidup Pemuda Indonesia !
Hidup Perempuan !
Hidup Rakyat Indonesia !
28 Oktober
- Hari
Sumpah Pemuda sebagai tonggak utama dalam sejarah pergerakan Indonesia. Menghasilkan tiga keputusan Kongres yang dianggap
sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya
negara Indonesia
Pertama :
Kami poetra dan poetri Indonesia,
mengakoe bertoempah darah
jang satoe,
tanah Indonesia.
Kedoea :
Kami poetra dan poetri Indonesia,
mengakoe berbangsa
jang satoe,
bangsa Indonesia.
Ketiga :
Kami poetra dan poetri Indonesia,
mendjoendjoeng bahasa
persatoean,
bahasa Indonesia.
91 tahun
sesudah Sumpah Pemuda dengan bersumpah untuk mengakui satu tanah tumpah darah
yaitu Indonesia, Satu bangsa yaitu Indonesia serta menjunjung satu bahasa yaitu
Bahasa Indonesia. Khas dari Momen Sumpah
Pemuda saat itu juga ialah semangat Para pemuda dari berbagai etnik dan latar
belakang organisasi pemuda yang berbeda mampu berkumpul di Kota Batavia untuk
sebuah kepentingan bersama yaitu memperjuangkan kemerdekaan. Momen tersebut
mencerminkan sikap nasionalisme yang masih sangat penting di era reformasi.
Dimana kala itu mampu menghasilkan pemuda-pemuda revolusioner dengan jiwa
persatuan yang tinggi dibuktikan dengan
menomor duakan keinginan pribadi, demi Indonesia. Namun realita
saat ini, sangat kontras dengan pemuda zaman dulu. Terbukti dengan merosotnya tingkat kesadaran akan pentingnya peran
seorang pemuda sebagai penyambung lidah rakyat. Bumerangnya
lagi bagi pemuda saat ini, sudah dibekali oleh intelektual dan masih
diam hanya menonton rakyat sengsara, maka dinilai mencederai nila-nilai kemanusiaan. Ketika
bergerak, tak membawa sebuah perubahan yang signifikan. Bedanya dengan pemuda
di zaman kolonial Belanda, tidak banyak rakyat yang mengenyam pendidikan. Namun kala itu,
Pemuda indonesia mampu mengambil peran aktif dan membawa perubahan hingga
Indonesia Merdeka.
Tetapi, benarkah Indonesia
sudah Merdeka?
Multidimensional,
Hak ber-Demokrasi mulai dibatasi, kesejahteraan rakyat dirampas oleh tindakan birokrat yang mengedepankan
kepentingan pribadi dan golongannya sendiri serta banyaknya pemuda yang masih
diam sehingga pemuda minoritas (pemuda progresif) “dianggap sebagai perusak
lingkungan”, katanya.
Ada waktu
dimana pemuda-pemuda harus mengisi kemerdekaan. pemuda perlu menengok
kembali sejarah. Mengakui bahwa di belakang ada kesalahan yang harus dijadikan
sebagai cermin untuk menentukan langkah bagi masa depan agar tidak menambah
beban sejarah yang menghambat kemajuan Indonesia.
Hai, Kaum muda terdidik. Mengabdilah
pada Negara dengan bersatu pada rakyat. Bukan untuk menikmati bangku empuk dan
uang-uang rakyat. Kaum muda terjun ke masyarakat merasa senasib sepenanggungan
dengan rakyat. Karena semua berasal dari Rakyat dan untuk Rakyat.
Ki Hajar Dewantoro pernah
mengatakan, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Artinya pemuda harus berada
digarda paling depan dalam melakukan perubahan sosial sebagai lokomotif
perubahan. Bahu-membahu bersama rakyat.
Semangat Pemuda ! Penggerak perubahan ! Diam berbicara
boleh, tapi tidak untuk diam bergerak. Tantangan dari luar dan dari dalam harus
teratasi. Indonesia rumah rakyat. Sukarno pernah mengatakan, jangan sampai rakyat Indonesia hanya menjadi
budak di atara bangsa-bangsa.
Billahi Fii Sabillilhaq. Fastabiqul Khoirot.
Oleh :
Erma Yesiana
(Sekertaris Bidang Hikmah PK IMM Moh. Hatta Periode 2019-2020)
Komentar
Posting Komentar
Wajib komentaar, neng ojo saru-saru.