INTERNALISASI DAN PEMBARUAN TATA KRAMA YANG MULAI LUNTUR_IMMawan Brahmantya Panji Prakosa (Kader PK IMM Moh. Hatta 2020/2021)


INTERNALISASI DAN PEMBARUAN TATA KRAMA YANG MULAI LUNTUR

IMMawan Brahmantya Panji Prakosa

Kader PK IMM Moh. Hatta 2020/2021

Apakah yang dimaksud tata krama?, tata krama adalah sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata yaitu kata tata dan krama. Tata berarti aturan, menata, kebiasaan, tataan, tertata sedangkan krama berarti sopan santun. Ketika digabungkan makna keseluruhan dari kata tata krama adalah adat dan kebiasaan untuk berperilaku sopan santun. Setiap daerah, wilayah dan Negara memiliki tata krama yang berbeda, bahkan di suatu negara dengan luas wilayah yang besar seperti Indonesia disetiap pulaunya menjunjung tata krama yang berbeda pula. Tata krama yang muncul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Karena termasuk ajaran atau nilai luhur yang ada dalam masyarakat Jawa maka tata krama termasuk kedalam unsur kebudayaan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya tata krama dalam diri seseorang dikutip dari jurnal informatika Upgri 3 (1), 2017 (Dea Faustina Shaula, Noor Hasyim) Peran orangtua sangatlah penting dalam pembentukan karakter dan perilaku anak, yang kemudia berkesinambungan dengan tata krama anak dalam kehidupan sehari-hari. Lalu kemudian ada faktor lingkungan yang berperan besar untuk membentuk sifat maupun tata krama dari anak, lingkungan bertindak seperti inkubasi yang mengajarkan nilai-nilai/aturan kepada anak dengan prinsip mengamati dan meniru. Apabila lingkungan baik maka akan ditangkap dan ditiru untuk kemudian disimpan dalam memori anak sehingga membentuk kepribadian dan norma dari anak tersebut.

Dizaman Globalisasi seperti ini nilai-nilai luhur masyarakat Jawa seperti tata krama sudah mulai luntur. Dikutip dari salah satu pernyataan ketua Dewan Pengarah BPIP Badan Pembinaaan Ideologi Pancasila-Lia Kian ”Generasi milenial Indonesia sudah krisis mental karena sudah tidak mengedepankan kesopanan, etika, dan tata krama dalam bersosialisasi”. Masalah lunturnya tata krama diakibatkan oleh pengaruh asing. Masuknya budaya barat seperti bahasa, gaya hidup, hingga perilaku yang dibawa oleh arus kemajuan teknologi sehingga tempat di dunia ini seperti tidak ada batasnya, mengakibatkan kearifan lokal kalah dan mulai ditinggalkan oleh generasi penerusnya sendiri. Ini dapat menjadi suatu ancaman karena Bangsa Indonesia mengalami krisis jati diri, Indonesia yang dulu dikenal dengan masyaraktnya yang ramah, sopan, jujur, dan pekerja keras telah hilang dengan munculnya sifat individualis, egoisme, hedonisme, dan sifat malas. Adanya krisis jati diri melemahkan kekuatan Bangsa untuk menghadapi gempuran pasar bebas, dimana produk asing (termasuk budaya dan gaya hidup) bisa masuk tanpa adanya filter yang mencegah dampak negatif dari pengaruh produk asing tersebut.

Maka diperlukan penguatan dalam internalisasi budaya. Apakah yang dimaksud dengan internalisasi nilai budaya. Internalisasi budaya merupakan suatu kegiatan mengimplementasikan atau menerapkan nilai-nilai kebudayaan itu sendiri dalam kegiatan sehari-hari. Internalisasi ini dimulai sejak manusia balita hingga manusia meninggal dunia (Koentjoroningrat 1980). Peran startegis orangtua diperlukan untuk membimbing dan mengajarkan anaknya nilai-nilai tata krama, keluarga sebagai pelopor pendidikan di awal masa kanak-kanak menjadi penting disaat banyaknya remaja yang kehilangan budaya luhur dan sopan santun ketika bergaul. Saat kanak-kanak orangtua wajib mengajarkan dan mencontohkan tata krama didalam keluarga. Ketika pondasi dalam keluarga sudah kuat , maka kecil kemungkinan anak-anak ataupun remaja mengalami disorientasi tata krama. Baru setelah melalui pendidikan keluarga, maka persan sekolah dan lingkungan ikut mempengaruhi tata krama seseorang. Sifat seseorang tidak akan menjadi buruk apabila tidak terkontaminasi lingkungan sosial yang kotor.

Ketika tata krama mulai ditinggalkan dan mulai dianggap sebagai kebudayaan yang ketinggalan zaman, perlukah nilai-nilai tata krama diperbaharui ?. Tata krama sebenarnya bersumber dari kearifan lokal disuatu daerah dimana masyarakat disana memiliki keunikan perilaku dan sifat yang menjadi watak suatu individu. Kearifan lokal menjadi motor penggerak dari penciptaan keanekaragaman budaya Indonesia yang luar biasa. Namun sayang di zaman globalisasi kearifan lokal ini kalah dengan budaya barat yang masuk ke Indonesia, nilai-nilai kearifan lokal ditinggalkan oleh generasi penerusnya sendiri. Tidak adanya regenerasi dan pembaruan agar nilai-nilai ini mampu beradaptasi merupakan pokok dari masalah tersebut. Maka diperlukan sedikit pembaruan dan sedikit modifikasi sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Pembaruan tata krama sendiri meliputi aturan mengenai penggunaan dan pemberian edukasi kepada generasi muda. Aturan penggunaan dapat dibuat untuk dilaksanakan di sekolahan agar kultur ini tidak asing di generasi muda kita. Kemudian pemberian edukasi perlu dibuat semenarik mungkin sehingga generasi muda tertarik untuk belajar dan mendalami nilai-nilai luhur dari nenek moyangnya. Pengajaran tata krama ini bisa dilakukan dengan menggunakan metode cerita dengan boneka (karakter dari boneka disesuaikan dengan niali-nilai luhur yang ada: Sabar, Kerja keras, tanpa pamrih, keramahan dll). Ketika metode yang menarik digunsksn untuk mengajarkan tata krama otomatis anak-anak antusias dan mudah dalam memahaminya. Masalah mengenai generasi muda yang tidak mau belajar tata krama pun akan teratasi.

Kebudayaan asing mudah masuk dan diterima oleh masyarakat Indonesia dikarenakan cara menyebarkan mereka sangat kreatif. Dengan drama Korea dan boyband K-Pop nya Korea mampu menghipnotis generasi milenial kita terutama usia remaja untuk meniru gaya busana, gaya rambut, gaya berbicara dan bahkan gaya hidup pemeran drama Korea dan boyband K-Pop nya. Begitulah metode yang digunakan oleh suatu negara agar budaya menjadi komoditi yang dapat diekspor dan menghasilkan uang. Maka Indonesia mampu mencontoh, untuk melestarikan kebudayaan asli Indonesia dengan cara yang menarik, contoh membuat tontonan yang menarik seperti drama korea dengan setting tempat bersejarah: Candi, Museum, dan Keraton. Kesimpulannya adalah, perlu cara yang efektif dan kreatif agar nilai-nilai budaya mampu dijadikan konten edukatif dan komoditi sehingga dapat diajarkan kepada generasi penerus bangsa.

Komentar

  1. Betul sekali mas Panji, di Era Generasi Millenial ini jangan sampai terlepas dari nilai-nilai moral dan tata krama. Lanjutkan untuk terus menulis dari hal terkecil, sepele namun berdampak besar bagi upaya pengembangan kemampuan diri.

    BalasHapus
  2. Bagus sekali Generasi Mileneal yang mau menulis spt ini. Semoga tulisan Dik Panji bisa menggugah para generasi mileneal untuk tetap menjaga tata krama kita dalam kehidupan sehari-hari.

    BalasHapus
  3. Tulisan yang bagus Mas Panji...👍👍👍 Semoga dengan membaca tulisan ini, generasi milenial jadi lebih selektif, tetap menjaga "TATA KRAMA" dan kearifan lokal masyarakat Indonesia dalam menghadapi GLOBALISASI sekarang ini dan era selanjutnya! Ditunggu tulisan berikutnya...salam sehat tetap semangat...💪🙏💖🌹☘️✨🇲🇨

    BalasHapus

Posting Komentar

Wajib komentaar, neng ojo saru-saru.

Postingan populer dari blog ini

Profil IMM KOM. MOH. HATTA