Cerpen "FIGHTER" Karya : IMMawati Siti Alifia Khoir Az-zah Roo (Kader PK IMM Moh. Hatta 2020/2021)


     
FIGHTER
Karya : IMMawati Siti Alifia Khoir Az-zah Roo
(Kader PK IMM Moh. Hatta 2020/2021)

Angin berkesiur tanpa ijin yang mampu mebuat pakaian perempuan itu bergerak kesana kemari mengikuti arah angin. Dengan pakaian putih biru dan jilbab yang menutupi nya, dengan badan gemetar memasuki area yang dapat membuat pakaian seragam yang dikenakan awalnya putih biru menjadi putih abu-abu. Ya dia perempuan yang baru saja lulus SMP atau bisa dibilang Sekolah Menengah Petama.

Perempuan itu bernama Dinda Aldinaya. Banyak yang memanggilnya Alda, mungkin karena panggilan mudah dan singkatnya. Disana dia tidak sendirian masuk SMA itu, dia bersama dua temannya yang sudah dari kecil selalu bersama walaupun dulunya berbeda sekolah. Mungkin ini takdir Tuhan yang sudah mempertemukan mereka kembali ditempat sekolah yang sama. Alexa Septia dan Adiba Rahmawati, itulah nama teman teman Alda yang selalu menemaninya. Banyak orang bilang kita bagaikan perekat yang kemana mana selalu bersama tapi itu kata tetangga, entahlah sekarang apakah tetap memiliki julukan itu.

“Sudah siap bertempur?” tanya Alexa.

“Ada-ada aja kamu ini Xa ini kan cuma masa MPLS.” Jawab Alda dengan gelak tawanya.

“Ini sama aja bertempur Da, Dib, kita akan bertemu kakak kakak senior kita yang belum kit kenali, kan aku takut kalau kayak yang di FTV FTV itu.” Sanggah Alexa tak mau kalah.

“Bener juga sih, tapi santai aja kan ada Alda yang akan membela kita dari para senior” jawab Diba dengan ekspresi sok sok an nya yang membuat Alexa dan Alda bergidik ngeri.

“Ya dah, mari kita berdoa supaya tiga hari kedepan kita bisa lancar agendanya tanpa suatu halangan apa pun. Berdoa mulai” pimpin Alda.

Tak terasa tiga hari berlalu begitu lama, tapi bagi mereka tak masalah yang penting mereka tidak lagi bertemu dengan para senior yang bisa dibilang galak, tapi nggak semuanya sih. Banyak hal baru yang Alda temui di SMA barunya ini, dari lingkungan sekolah yang cukup sangat luas, bahkan kelasnya berada diruang kelas bagian deretan gedung paling belakang. Bisa dibayangkan kan bahwa sekolah itu cukup mmbuat kaki menjadi keram jika tak terbiasa. Ada lagi, kantin yang banyak mampu memudahkan para siswa jika ingin mengunjungi kantin.

Ada satu rahasia antara Alda, Alexa, dan Diba. SMA yang sekarang mereka tempati bukanlah SMA yang mereka inginkan, mereka korban rayonisasi yang membuat mereka frustasi sebelumnya. Karena tahun mereka adalah tahun pertama dimana percobaan rayonisasi di tegakkan, ya rayonisasi adalah pemerataan siswa di kota madya dan kabupaten. Tapi tak apa bagi mereka, mungkin ini adalah jalan terbaik untuk mereka.

Zaman sekarang penjurusan sudah dimulai sejak kelas 1 SMA, tidak seperti jaman dulu yang penjurusan baru akan dimulai dikelas 2. Ini adalah kesempatan para siswa saat ini supaya penjurusannya dapat dipahami sejak dini, ya itu mungkin suatu program pemerintah supaya tak berat saat Ujian Nasional berlangsung di kelas 3. Tapi ada juga sudut yang kurang menguntungkan, yaitu harus tepat dalam memilih jurusan yang belum dipahami secara mendalam, mungkin baru sepintas saja dalam memahaminya.

Jurusan yang terdapat di sekolah ini ada tiga, yang pertama jurusan MIPA, dimana jurusan ini banyak yang menganggap pelajaran yang banyak berhitung hitungnya, rumusnya, dan kata kata ilmiahnya. Yang kedua jurusan bahasa, jurusan ini sangat berkutat dengan banyak bahasa yang harus dipelajari mendalam, bahasa jawa, inggris, dan 1 bahasa tambahan yang pasti dimasing-masing sekolah berbeda, disekolah ini bahasa tambahannya adalah bahasa Jepang.

Yang terakhir adalah jurusan SOSIALial, inilah jurusan yang dipilih oleh Alda, karena dia tipenya tidak terlalu suka dengan kerepotan, banyak hitung menghitung, hafalan rumus, dan belum ahli dibidang bahasa terutama bahasa jawa. Mungkin banyak orang berfikir kenapa belum paham bahasa Jawa yang harusnya dipahami oleh orang asli Jawa itu sendiri. Tapi inilah Alda, sepintas saja sejarah kelarga Alda. Dia memang orang asli Jawa, lahir di Jawa, orang tuanya dari Jawa, tetapi dari kakek neneknya yang mulai campuran. Kakek nya asli Sunda kental, dan neneknya Jawa campur Sunda, jadi dalam kehidupannya sehari-hari Alda berada dilingkungan campur bahasa antara Sunda dan Jawa, karena kakek Alda tidak bisa menggunakan bahasa Jawa yang digunakan orang Jawa terutama Jawa Tengah, hanya sedikit-sedikit saja dalam memahami bahasa nenek. Alhasil kakek dan nenek menggunakan bahasa Sunda atau bahasa Indonesia dalam sehari hari, sedikit dan bahkan jarang menggunakan bahasa Jawa. Hal ini berpengaruh pada Alda dan para saudaranya.

Pagi yang cerah, tanpa awan yang menghiasi langit, udara segar, disertai suara kokok kan ayam yang menjadi alarm alami bagi orang yang biasa tinggal didaerah pedesaan. Jam 7 adalah waktu pembelajaran dimulai. Disinilah awal cerita Alda bermula.

Sekolah yang luas, dengan lapangan basket yang terletak didepan menyambut para siswa maupun siswa yang masuk di kompleks sekolah ini. Tetapi jarak antara gerbang depan dan ruang kelasnya lumayan terpantau jauh, bisa membuat orang langsing seketika jika terus terusan berjalan bolak balik, apalagi jika melaksanakan sholat, karena masjid berada dibagian depan sekolah pula, kata wali kelas Alda, masjid dibangun didepan supaya menjadi pengingat setiap warga sekolah supaya selalu ingat melaksanakan sholat jika melewati pintu utama sekolah, walaupun begitu Alda dan teman-temannya tak pernah meninggalkan sholat, karena setiap langkah menuju kebaikan bisa menjadikan pahala disetiap langkahnya.

Hari demi hari pun berlalu, banyak sekali pengalaman yang bisa dijadikan cerita disuatu hari nanti. Alda bukanlah orang terpintar dikelasnya, bukan juga orang jenius yang dapat dengan mudah menyelesaikan sebuah rumus tanpa melihat buku. Bukan juga si otak encer yang selalu bisa menjawab semua soal latihan dengan mudahnya.

Tapi ada satu hal yang masih mengganjal dihati nya, dia terkadang belum terlalu bisa menerima semuanya yang menyangkut tentang sekolahnya, karena sekolah yang dia impikan runtuh begitu saja, cuma karena percobaan pemerintah melakukan pemerataan. Tapi itu tidak membuat harapan Alda runtuh seketika, dia bahkan merasa kan gairah untuk membuat takdir ini menjadi suatu hal yang mungkin dapat membuat hal yang sangat luar biasa diluar bayangannya dimasa depan.

Banyak hal terbukti ketika masing masing orang harus merasakan gagalnya sebuah harapan yang diimpikan sedang ditunda Tuhan untuk memberikan yang lebih baik daripada mimpi yang diimpikan. Hikmah pertama, yaitu di sekolah ini tak ada yang namanya saling membandingkan status sosial atau latar belakangnya, tak memandang pula cantik atau gantengnya seseorang. Tak ada geng-geng atau sekumpulan orang yang bergabung menjadi satu dengan tujuan yang sama diantara mereka, tak ada pula pembatas-pembatas harapan diantara mereka, dan yang paling penting tak ada pembulian diantara mereka.

Semua hidup damai dengan guru guru yang ramah, yang selalu membimbing para siswa atau siswi untuk meraih mimpi mimpi mereka. Mereka selalu berada disamping para siswa atau siswi di saat berada di titik terbawah. Dan yang pasti para guru saling mendukung selalu, bahkan memberikan fasilitas jika masing-masing siswa mempunyai potensi di satu bidang yang mereka dapat menemukan jati diri para muridnya.

Dan yang terakhir ada satu hal yang paling membuat dia bahagia dalam hidupnya saat dia berada di SMA nya saat ini, tapi dia masih menutupinya terhadap orang sekitar, belum ada yang mengetahuinya, tapi tak sedikit yang penasaran dengannya. Entahlah, mungkin disuatu hari nanti semuanya akan terjawab.

SMA yang dia tempati saat ini tak seperti bayangan yang dulu ketika masuk, ternyata seklah ini sangat baik dan lebih daripada yang paling baik. Sekolah yang setiap gurunya saling menghargai masukan-masukan siswanya, gedungnya yang banyak dan luas area sekolahnya. Prestasi yang terus mengalir, taka da henti-hentinya kebanggaan-kebanggaan Alda di SMA ini. Enam bulan telah berlalu, tak terasa dia dapat menyelesaikan semester satunya dengan baik. Sudah beberapa kali dia mencoba melakukan beberapa hal yang mungkin dapat menjawab apa sebenarnya jati diri yang tersimpan ditubuh perempuan itu. Ketika liburan semester berlangsung tiba-tiba tanpa diduga tawaran yang cukup menggiurkan datang menyambut Alda.

Enam bulan telah berlalu, tak terasa dia dapat menyelesaikan semester satunya dengan baik. Sudah beberapa kali dia mencoba melakukan beberapa hal yang mungkin dapat menjawab apa sebenarnya jati diri yang tersimpan ditubuh perempuan itu. Ketika liburan semester berlangsung tiba-tiba tanpa diduga tawaran yang cukup menggiurkan datang menyambut Alda.

“ Alda ada tawaran dari pak Hayadi, kalau akhir tahun ada agenda YSTC, Young Scientis Training Camp di Kebumen.” kata ayah didepan pintu kamar Alda yang tak tertutup rapat.

“ Kapan ayah?” tanya nya ketika ayahnya menawarkan kegiatan itu.

“ Akhir tahun ini Da, masih ada tempat untuk tambahan yang mau ikut kegiatan ini. Mau ikut nggak? Mumpung ada kegiatan ini, mungkin disana Alda bisa mencari jati diri Alda, katanya Alda masih bingung.” Tambah ayah melengkapi.

Dalam hati Alda dia merasa bahwa itu adalah kesempatan emas yang tak mungkin datang dua kali. Kata Tuhan, rezeki tak boleh ditolak, itu namanya menyia-nyiakan apa yang sudah ditakdirkan bagi hambaNya yang bersyukur.

“ Apakah ayah memperbolehkannya?” tanya Alda meminta ijin.

“ Selagi itu bermanfaat apa salahnya. Rezeki bisa dicari lagi Da.” Jawab ayah nya dengan bijak.

“ Ayah baik sekali, Alda sayang sama ayah. Alda nggak akan menia-nyiakan kesempatan ini.” Kata Alda meyakinkan ayahnya.

Setelah tawaran itu diiyakan oleh ayah Alda, Alda mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya ketika di Kebumen, karena disana nanti akan menginap 4 hari 3 malam. Mulai dari mempersiapkan baju-baju yang akan dipakainya nanti disana, buku yang mungkin dibutuhkan, laptop, dan barang-barang tambahan lainnya.

Tanggal 26 Desember, hari pemberangkatan ke Kebumen akhirnya datang juga. Di acara ini Alda tidak sendiri tetapi bersama 2 kawannya yang selalu bersamanya dimana pun mereka berada. Walaupun Alda, Alexa dan Adiba tak berada di jurusan yang sama, tetapi itu tak membuat perbatasan diantara mereka.

Banyak hal baru yang mereka temui, mereka bertiga merupakan peserta sekaligus perwakilan dari SMA nya, walaupun tak banyak orang yang mengetahuinya. Disana mereka mendapatkan fasilitas kamar disertai bed 2 tingkat, seperti asrama pada umumnya. Mereka tak hanya bertemu orang-orang disekitar mereka, bahkan berasal dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. Itu adalah suatu peristiwa yang nggak akan pernah mereka lupakan dengan mudah.

Tak hanya diajarkan hal hal yang biasa pada umumnya, mereka diajarkan bagaimana membuat suatu bahasan yang dimana bisa menjadi suatu materi yang mungkin dapat diperlombakan ditingkat nasional maupun internasional. Dengan motto menjadikan para generasi muda menjadi peneliti muda diusia dini.

Alda yang masuk jurusan SOSIAL, di Kebumen ia ditempatkan di kelas SOSIAL. Yang membuktikan bahwa para peneliti tak harus berasal dari orang jurusan MIPA, SOSIAL juga bisa. Seperti halnya tugas masing-masing jurusan atau kelas saling melengkapi. Kelas MIPA bertugas meneliti bebatuan yang ada disana, dan kelas SOSIAL bertugas meneliti kondisi masyarakat sekitar.

Disana tidak menggunakan internet untuk menjawab permasalahan yang dibuat untuk dijadikan bahasan suatu penelitian, namun observasi yang mereka lakukan. Mereka diberi kesempatan untuk observasi dilingkungan sekitarnya. Hari kedua adalah pembekalan materi dan perumusan masalah yang akan dicari jawabannya di hari ketiga disaat observasi.

Hari ketiga adalah obsevasi yang digunakan untuk menyelesaikan semua pertanyaan yang sangat dibutuhkan untuk pelengkap bahasan yang akan di presentasikan dihari keempat. Alda sangat bahagia bisa diberi kesempatan seperti ini yang dapat menambah pengalamannya. Tak semua orang mendapat kesempatan yang sama sepertinya. Di hari setelah pembekalan materi dan observasi, ada suatu peristiwa yang mampu membuat hatinya sedikit tersentuh karena suatu kejadian yang diluar prediksinya.

“ Alda pengen cilok itu.” Pintanya kepada temannya.

“ Itu katanya kurang enak Da.” Jawab salah satu teman Alda yang saat itu sedang berada disampingnya.

“ Pokoknya Alda pengen cilok.” Sanggahnya kemudian yang langsung berjalan menuju tukang ciloknya.

“ Ciloknya berapaan pak?” tanya Alda dengan nada lemah lembutnya

“ Terserah, 3 ribu boleh, 5 ribu boleh.” Kata si tukang cilok

“ Beli 3 ribu dulu aja deh.”

“ Okai, siap.”

“ Pak boleh tau nggak disini itu apa banyak yang menjadi penambang pasir pada umumnya pencarian nafkah para warga sekitar?.”

“ Ya banyak dek yang bekerja untuk menjadi penambang pasir disini. Dulu saya juga penambang pasir disini, tapi saya akhirnya berganti profesi sebagai tukang cilok.”

Dengan banyak penjelasan yang diberikan tukang cilok itu, bahkan Alda sangat kaget atas semua yang disampaikan orang tukang cilok itu. Semua yang dikatakannya itu bisa membuat semua orang merasa bahwa tukang cilok bisa berbicara atau memiliki kepandaian yang tak pernah terbayangkan, atau mungkin bisa melebihi wawasan para pengajar yang lainnya. Sebuah profesi jangan selalu dianggap remeh sebelah mata. Jangan pula dibilang, orang tak berpendidikan tak pintar, mungkin malah sebaliknya.

“ Orang berpendidikan belum tentu pintar, orang pintar sudah pasti berpendidikan.” Kata tukang cilok itu lantang.

Itulah tamparan keras bagi Alda. Dia merasa dia sudah salah ketika hati kecilnya selalu tak mengikhlaskan semua yang telah terjadi yang tak sesuai dengan harapan. Ada tekad kecil yang sudah tumbuh seperti bibit pohon didalam dirinya. Ada suatu lembaran baru yang menunggu setelah ini, yang mungkin baru Alda sadari ada hal yang telah dia lewatkan dalam hidupnya ini. Bahwa tak semua orang bisa melanjutkan sekolahnya dikarenakan batasan hidup yang mungkin masih ada yang lebih penting daripada suatu pendidikan, atau berbagai alasan yang membuat putus sekolah.

Hijrah itu penting bagi kehidupan setiap insan di dunia. Ada kalanya diingatkan lewat perantara atau langsung kepada yang dituju. Manusia tak pernah menyadari, suatu kegagalan adalah dimana ketika mereka diberi kesempatan untuk mundur supaya dapat lompat yang lebih jauh daripada sebelumnya. Masih ada mimpi mimpi yang penting sekali untuk para insan raih, mimpi itu tak hanya satu melainkan tak terbatas. Mungkin disetiap kata yang diucapkan muncul satu keinginan yang ingin setiap insan capai.

Satu hal sifat yang Alda miliki yang mungkin membuat orang lain inginkan yaitu menghargai. Ya Alda orang yang suka sekali menghargai orang lain. Tanpa dia sadari, satu mimpi yang muncul dibenaknya yang dari awal dia tekatkan adalah memperjuangkan SNMPTN. Ya inilah satu hal yang membuat dia bahagia disaat SMA nya saat ini.

Alda sangat ingin menggapai mimpinya itu. Dia baru menyadari ketika dia membaca kembali nilai nilainya saat ini. Pertama dari nilai keseharian, dimana tak pernah dia mendapatkan nilai dibawah KKM setelah ulangan yang pertama, mungkin ulangan yang pertama kali adalah pengenalan terhadap sebuah materi, tak salah jika saat itu masih belum memuaskan. Dibaca kembali hasil nilai nilai dirapornya, dia mungkin bukanlah orang terpintar dikelasnya. Tapi dia tidak menyadari, jika Tuhan memiliki kejutan lainnya, nikmat lainnya.

Tak ada yang tak mungkin didunia ini selama mencobanya terus mencobanya. Dan diluar dugaan, selama beberapa semester Alda mendapatkan peringkat satu secara terus menerus. Dan salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam meraih SNMPTN adalah nilai harus stabil, dengan garis prestasi yang selalu naik minimal mempertahankan, bukan turun secara drastis. Tak menyadari hal kecil yang mungkin menjadi obat dari suatu kegagalan adalah hal yang mungkin bisa dibilang bodoh. Tapi itu suatu kodrat manusia yang mudah sekali kebawa perasaan yang dimana ketika suatu harapan itu belum tercapai pasti ada rasa menyesal yang berlarut larut.

Tak ada kata menyerah ketika ada mimpi yang sudah mulai nampak didepan mata. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Mimpi akan selalu muncul seperti setiap kata yang terucap, dan mimpi yang tak tertulis mungkin akan hilang ditelan masa. Lebih baik jika setiap mimpi yang bermunculan ditulis dalam suatu kertas atau catatan yang dimana ketika gagal dalam suatu mimpi masih ada mimpi mimpi yang lebih dahsyat menunggu. My Dream My Future. Our Future Our World.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil IMM KOM. MOH. HATTA