Epistemologi Ilmu Bagi Kader IMM_Pimpinan Bidang RPK IMM Moh. Hatta 2020/2021


Epistemologi Ilmu Bagi Kader IMM

Oleh : Bidang RPK PK IMM Moh. Hatta 2020/2021

A. Semangat Menuntut Ilmu Bagi Kader IMM

Kita sebagai Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu mengembangkan ilmu pengetahun, baik itu pengetahuan yang didapat dari kita belajar dikampus atau bahkan kita mencari diluar ruang kelas yaitu dengan diskusi. Ini adalah budaya yang perlu dijalankan oleh kader IMM itu sendiri, jangan sampai kita malas menuntut ilmu. Bahkan lebih banyak waktu yang kita dilakukan untuk belajar diluar kelas daripada didalam kelas. Sehingga kader IMM harus belajar dimanapun tempatnya. Belajar tidak melulu pada kita membaca buku, tapi kita belajar dari pengalaman juga.

Sebagai kader IMM seharusnya mampu mencontoh sifat nabi Muhammad yang menganjurkan untuk setiap muslim menuntut ilmu. Bahkan nabi Muhammad mengatakan طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ yang artinya "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim." Dan adalagi hadis tentang mencari ilmu lainnya. Disebutkan tentang keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda: وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

B. Epistemologi Ilmu

Epistemologi atau sebuah teori ilmu pengetahuan merupakan sebuah bentuk kajian yang berguna dalam mencari ilmu. Karena dalam hal ini epistimologi ilmu membahas berbagai fenomena yang terjadi didalam kehidupan manusia yang amat fundamental. Epistemologi menekankan pada pengkajian secara filosofis tentang asal, struktur, metode, validitas dan tujuan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan apa yang disebut kebenaran dan menjelaskan cara yang dapat membantu diperolehnya kebenaran itu. Hal demikianlah yang membuat epistimologi ilmu selalu berkembang dalam menentukan kebenaran.

Semangat kader IMM ini dalam belajar tidak jauh dari epistimologi ilmu itu sendiri. Kenapa demikian? Karena didalam kita belajar kita harus mengetahui darimana ilmu itu didapat, sebagai umat Islam kita berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah nabi Muhammad SAW. Bahkan dengan kita belajar kita akan mengetahui kebenaran sesungguhnya, jangan sampai kader IMM menjalankan perintah Allah hanya ikut-ikutan dan tidak memiliki landasan yang kuat.

Banyak tokoh-tokoh dunia yang mempelajari epistimologi ilmu seperti tokoh dalam islam bernama al Ghozali, Ibnu Rusyd dan lain-lain yang mempelajri epistimologi ilmu bahkan dijuluki filsuf islam sampai saat ini. Al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representative, dalam bidang teolog, filosof, dan sufi. Selain itu al Ghozali juga ahli fiqih terkenal sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan dan tidak mendikotomi ilmu agama dengan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.

C. Pemikiran Barat

Di dunia barat epistimologi ilmu menjadi sebuah disiplin ilmu yang digemari khususnya di benua Eropa. Tokoh yang terkenal adalah Rene Descartes yang melopori pemikiran awal di eropa dan akhirnya dikembangkan oleh filosof Leibniz yang akhirnya disempurnakan oleh John Locke di Inggris. Dalam hal ini pemikiran barat mulai berkembang dan akhirnya menghilangkan dogma-dogma greja pada abad pertengahan yang akhirnya disebut era Renaissance. Pada masa ini semua orang mulai mewujudkan potensi diri manusia dalam mengindera, berpikir dan melakukan berbagai eksperimen dalam mengolah alam, sehingga lahir dua aliran rasionalisme dan empirisme. Abad ke-18 disebut abad Pencerahan (Aufklarung).

Perkembangan ilmu mulai berkembang hingga berbagai penemuan-penemuan baru yang terus berkembang. Bahkan banyak tokoh-tokoh awal abad pencerahan ini seperti Galileo Galilei sampai pada tokoh Isaac Newton dalam hal fisika mengembangkan ilmunya. Seperti contohnya Galileo yang disebut sebagai bapak astronomi juga dikatakan tokoh sains karena pengetahuanya dan kontribusinya dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Penemuan yang sangat besar antara lain adalah Teleskop Galileo, penemu bidang fisika seperti kompas militer untuk menghitung kelengkungan meriam yang akan jatuh dan masih banyak lagi. Selain itu Isaac Newton juga mengembangkan ilmu dibidang sains seperti matematika, kimia,dan fisika.

Jadi sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terus budayakan mencari ilmu baik didalam kampus maupun diluar kampus, melalui diskusi dan juga pengembangan ilmu seperti membaca buku. Sebagai kader IMM hendaknya memulai berfikir kritis dengan tidak hanya percaya sebelum mengetahui sumber secara mutlak atau kebenaran absolut, jangan sampai kita menjalankan perintah Allah SWT cuma berdasarkan ikut-ikutan. Kader IMM harus mempu untuk menerapkan nilai-nilai islam yang bersumber pada al quran dan sunnah.

Referensi

  1. Verhaak dan R. Haryono Imam. Filsafat Ilmu Pengetahuan Telaah Atas Kerja Ilmu-Ilmu (Jakarta : Gramedia, 1991), hlm. 154
  2. Raymond Geuss, The Idea of A Critical Theory Habermas & the Frankfurt School (Cambridge : Cambridge University Press, 1989), hlm. 1.
  3. Thomas. Khun. The Structure of Scientific Revolutions (Jakarta : Gramedia, 2012)
  4. Jurnal : MENGENAL EPISTEMOLOGI ISLAM DALAM PERKEMBANGAN ILMU HUKUM karya Azzimar Shidqy Pramushinta tahun 2017
  5. https://jateng.inews.id/berita/hadis-mencari-ilmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil IMM KOM. MOH. HATTA