Lahirnya Ilmu Pengetahuan Sains Modern _IMMawan Yudha Aji Anggara (Ketua Bidang RPK PK IMM Moh. Hatta 2020/2021)


Lahirnya Ilmu Pengetahuan Sains Modern

Setiap orang mungkin pernah mendengar istilah ilmu pengetahuan. Namun sedikit yang menanyakan bagaimana ilmu pengetahuan itu lahir. Jika kita menanyakan berapa saja Ilmu pengetahuan maka kita akan sulit menjelaskan apa saja ilmu pengetahuan. Namun secara garis besar ilmu pengetahuan yang kita pelajari secara umum hanya Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi, Sosial, Politik, Psikologi, Sosiologi dan masih banyak lagi berbagai ilmu. Jika kita mempelajari bagaimana ilmu pengetahuan itu lahir maka kita tidak bisa jauh-jauh mempelajari filsafat. Karena dengan mempelajari filsafat kita akan dapat mempelajari salah satu cabang dari filsafat yaitu epistimologi ilmu.

Lalu bagaimana ilmu pengetahuan itu hadir sampai saat ini? bukankah selama ini kita mempelajari berbagai ilmu sejak dari SD, SMP, SMA bahkan Kuliah. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana ilmu pengetahuan itu lahir? Sebelum itu kita kupas lahirnya ilmu pengetahuan terlebih dahulu dengan belajar herarki ilmu pengetahuan. Karena dengan mengetahui herarki ilmu pengetahuan maka kita akan lebih paham tentang lahirnya ilmu pengetahuan. Dalam kajian filsafat ilmu ada istilah Data menuju Informasi lalu menuju pengetahuan dan puncaknya adalah Ilmu pengetahuan. Data adalah unit terkecil dari informasi, memiliki data belem tentu memiliki informasi tapi memiliki berbagai data itu bisa membentuk informasi, sedangkan informasi yang diperoleh itu akan menghasilkan pengetahuan. Lalu jika pengetahuan yang dikumpulkan dan divalidasi dengan fakta yang ada dilapangan bahkan di rumuskan dengan himpunan teori maka akan muncul sebuah ilmu pengetahuan.

Bagaimana ilmu pengetahuan terutama Sains Modern itu lahir dan bahkan bisa sampai dipelajari selama ini? menurut Thomas Samuel Kuhn dalam bukunya dia menjelaskan mengenai pergeseran paradigma sains modern. Menurut sejarahnya sains itu muncul mulai abad 15-17 atau yang sering disebut sebagai abad pencerahan atau Renaissance. Sebenarnya istilah sains itu muncul mulai abad ke-6 sampai abad ke-13. Namun sains terdahulu dengan sains sekarang sangatlah berbeda. Sains pada zaman dahulu disebut “Scientia” yang mana istilah Scientia ini adalah cara pandang penetapan kebenaran dengan memandang pendapat guru-guru terdahulu.

Sekitar abad 12 kebenaran dalam memandang segala fenomena yang terjadi hanya menggunakan pisau analisa dari gagasan test terdahulu. Dengan kata lain cara pandang ini hanya menggunakan sifat deduktif pengetahuan. Bahkan cara ini dilakukan dengan menggunakan cara pandang guru atau pemikir terdahulu seperti Socrates, Plato maupun Aristotales. Karena cara pandang ini dianggap paling benar pada abad 12 dalam menyikapi setiap fenomena yang terjadi. Contoh cara pandang ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang intelektual Eropa yang mengamati fenomena yang terjadi saat itu. Lalu mereka mengumpulkan test lama dari hasil pemikiran Socrates, Plato dan Aristotales lalu baru menyimpulkan fenomena yang terjadi saat itu. Yang mana kesimpulan yang sudah didapatkan akan dijadikan sebuah ilmu untuk memandang sebuah gejala-gejala yang terjadi di sekitar.

Dengan berjalannya waktu sekitar abad ke-12 akhir ditemukan sebuah teks lama milik Aristoteles yang berada di Eropa. Akhirnya Teks lama ini diterjemahkan melalui bahasa Latin sehingga teks lama milik Aristotales ini dapat diketahui dan dipelajari oleh orang banyak. Aristoteles sebenarnya diyakini bahwa dia adalah seorang tokoh empiris, namun sebenarnya Aristoteles juga merupakan tokoh rasionalisme karena dia membuat sebuah konsep logika. Bahkan Aristotales sampai dia dijeluki sebagai bapak logika. Dari teks lama milik Aristotales ini ternyata memiliki cara pandang yang berbeda dengan cara pandang Scientia.

Cara pandang Aristotales ini disebut dengan cara pandang nominalisme yang mana gagasan-gagasan baru ditemukan. Gagasan milik Aristotales ini tidak bersifat Universal atau menyuruh tapi sifatnyanya partikular. Dalam hal ini nominalisme mengamati sesuatu secara partikular tanpa harus memikirkan gagasan- gagasan terdahulu. jadi gagasan ini menuju langsung dan fokus pada sifat-sifat objek yang diamati tanpa melihat cara pandang lain. Sifat dari nominalisme ini yang mendorong untuk membuat sebuah gagasan yang ilmiah. Bahkan nominalisme itu sendiri sebenarnya juga tidak mempercayai kebenaran secara mutlak karena menurut sifatnya bahwa kebenaran itu masih dapat berubah-ubah.

Dalam buku yang berjudul The Structure of Scientific Revolutions karya Thomas Samuel Kuhn dia menjelaskan pada abad ke-16 muncul sebuah gagasan baru dengan menghilangkan dogma Greja abad pertengah. Proses penghilangan ini dinamakan Revolusi Sains. Thomas Kuhn juga menjelaskan secara runtut tentang siklus transisi munculnya sebuah sains modern. Dalam bukunya ini dia menjelaskan bahwa Normal Sains menuju Revolusi Sains . Yang dimaksud Kuhn adalah kebenaran sebelum abad 16 masih menggunakan Normal sains atau Scientia. Dengan demikian Kuhn mengangap gagasan-gagasan yang muncul perlu dipertemukan untuk dikonsolidasi menjadi sebuah kesepakatan bersama yang mana itu disepakati secara mutlak.

Namun dalam proses kesepakatan bersama ini masih diketahui ada berbagai gagasan yang tidak bisa dijelaskan secara mutlak atau bisa disebut sebuah anomali. Namun dalam anomali yang sulit dijelaskan ini menuntut sebuah pertanyaan yang menekankan untuk dijelaskan secara utuh. Karena hal yang tidak bisa dijelaskan harus mampu dijelaskan dan ini merupakan tuntutan dalam proses tersebut. Sehingga saat penuntutan ini mengembalikan sebuah gagasan mengenai revolusi sains, di mana disitu gagasan-gagasan baru berkumpul lagi dan saling bertempur yang akhirnya dipersatukan atau dikonsolidasikan lagi.

Jadi secara singkatnya yang dimaksud oleh Thomas Kuhn pada saat revolusi sains adalah temuan-temuan atau gagasan baru yang tidak bisa dijelaskan secara utuh atau bersifat anomali hanya melahirkan rasa ingin tahu dan menuntut anomali tadi untuk dijelaskan. Yang mana anomali ini akan diteliti lagi dan akan dikonsolidasikan, sehingga timbul kesepakatan baru. Bahkan kesepakatan baru ini harus dijelaskan secara teoritis dan ini sudah dilakukan oleh tokoh-tokoh awal abad pencerahan ini seperti Galileo Galilei sampai pada tokoh Isaac Newton dalam hal fisika. Galileo yang disebut sebagai bapak astronomi juga dikatakan tokoh sains, karena pengetahuanya dan kontribusinya dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Penemuan yang sangat besar antara lain adalah Teleskop Galileo, penemu bidang fisika seperti kompas militer untuk menghitung kelengkungan meriam yang akan jatuh dan masih banyak lagi. Selain itu Isaac Newton juga mengembangkan ilmu dibidang sains seperti matematika, kimia,dan fisika. Dari situ lahirlah sains modern dalam berbagai hal.

Sehingga dengan kesepakatan yang tidak bisa dijelaskan atau bersifat anomali akhirnya bisa dijelaskan dengan menggunakan Sains Modern. Sehingga ilmu pengetahuan tentang sains itu berkembang dengan pesat dengan ditandai dengan penemuan-penemuan baru. Bahkan mulai muncul ilmu pengetahuan baru atau sains modern diatas abad 16, walaupun dalam hal timeline masih ada perbedaan tentang kelahiran sains itu sendiri. Maka ilmu pengetahuan itu sangatlah penting dalam perubahan kearah kemajuan, bahkan tokoh filsafat Feurbach mengatakan bahwa “Para filsuf hanya menafsirkan dunia dengan berbagai cara, padahal yang penting adalah mengubahnya”. Pemaknaan Tesis dari Feurbach ini sebenarnya merupakan ungkapan bahwa sains bukan hanya untuk mengetahui dunia tapi untuk mengubah dunia untuk kepentingan manusia secara universal.

Ditulis Oleh
Yudha Aji Anggara

Referensi
1. The Structure of Scientific Revolutions
2. Sejarah Filsafat Barat
3. Filsafat Ilmu
4. The New Atlantis
5. Biografi Filsuf Yunani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil IMM KOM. MOH. HATTA