TAJDID SEBAGAI CIRI KHAS MUHAMMADIYAH

Oleh : ALFIAN FAIZ ABDULLAH

Jika Nahdatul Ulama kental dengan gerakan islam nusantaranya maka Muhammadiyah kental dengan gerakan tajdidnya. Tajdid berasal dari kata bahasa arab yang berarti pembaharuan, kata ini hampir sama dengan kata jadid yang berarti sesuatu yang baru. Dan Muhammadiyah dikenal luas oleh masyarakat islam indonesia dengan gerakan tajdidnya.

Muhammadiyah merupakan ormas dengan gerakan islam modernis terbesar di indonesia. Muhammadiyah pada setiap eventnya selalu mempromosikan diri dengan gerakan pembaharuan islam, namun problemnya adalah apakah islam sudah begitu rusak sehingga perlu diperbaharui secara total?. Jawabannya tidak, gerakan tajdid bukan seperti itu, gerakan tajdid dibedakan menjadi dua yaitu pemurnian (purifikasi) dan pembaharuan (reformasi).

1. Tajdid sebagai gerakan pemurnian

Tajdid sebagai gerakan pemurnian (purifikasi) adalah gerakan yang sifatnya ke ranah keagamaan yaitu memurnikan aqidah umat islam beserta amalan-amalannya yang yang seringkali tercampuri dengan perkara takhayul, bid’ah dan khurafat yang dapat merusak aqidah dan ibadah umat islam, oleh karena itu Muhammadiyah dalam hal ini menyeru kepada umat islam untuk kembali kepada alqur’an dan assunnah agar dalam perkara aqidah dan ibadah dapat dilaksanakan dengan semurni-murninya tanpa ada penambahan dan pengurangan sedikitpun karena ibadah yang paling bagus bukanlah ibadah yang paling lama dan banyak jumlahnya, namun ibadah yang paling bagus adalah ibadah yang sesuai dengan apa yang diperintahkan rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

2. Tajdid sebagai gerakan perubahan

Tajdid sebagai gerakan perubahan (reformasi) adalah tajdid dalam perkara muamalah  umat islam yang seringkali ketinggalan zaman seperti dalam bidang ekonomi dimana ekonomi islam sekarang sangat lemah, contoh nyatanya adalah  jarangnya bank syariah, oleh karena itu Muhammadiyah mendorong pertumbuhan bank bank syariah di indonesia agar terus tumbuh dan berkembang. Kemudian dalam aspek pendidikan Muhammadiyah terus menerus melakukan pembangunan sekolah-sekolah dan pesantren demi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menggunakan kurikulum yang modern dan reformatif yaitu menyandingkan antara pelajaran agama dan umum agar siswa-siswanya memiliki keterampilan dan kecerdasan dalam aspek akademik dan religiusitas yang sama baiknya, oleh karena itu patut diapresiasi bahwa kurikulum Muhammadiyah adalah terobosan yang inovatif dan reformatif. Kemudian dalam aspek sosial, Muhammadiyah adalah ormas islam yang memiliki banyak sekali rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, klinik dan masih banyak lagi sarana sosial yang sangat membantu masyarakat indonesia dalam bidang sosial, dan hal ini bertujuan semata mata untuk membantu masyarakat indonesia. Dan tidak lupa pula pada bidang pendidikan tinggi universitas universitas Muhammadiyah banyak sekali berdiri dan bermunculan yang menandakan bahwa insan insan Muhammadiyah adalah sosok sosok yang berintelektual dan religius yang diharapkan menjadi masa depan bangsa untuk membangun indonesia menjadi lebih baik dengan gerakan tajdid yang reformatif.

Gerakan tajdid Muhammadiyah tidak terlepas dari sosok pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan yang disebut oleh Dr. Alfian dalam disertasinya yang berjudul Muhammadiyah di zaman Belanda hingga akhir sebagai religious reformis (seorang reformis keagamaan) dan social changes (pembawa perubahan sosial) karena memiliki pengaruh dalam perubahan sosial dengan teori al ma’un nya dan pergerakan Muhammadiyah sekaligus hizbul wathan yang turut andil dalam persatuan masyarakat untuk berjuang demi kemerdekaan indonesia pada saat itu.

Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang pembaharuan pemahaman dan pemikiran islam dipengaruhi oleh sosok pemikir islam dari mesir yaitu Muhammad Abduh dan gurunya yang berasal dari afghanistan yaitu Jamaluddin Al Afghani yang dikenal oleh dunia sebagai reformis islam pada saat itu. Jamaluddin Al Afghani menggagas gerakan Pan Islamisme (persatuan islam) gerakan persatuan politik negara negara islam agar bisa terlepas dari penjajahan bangsa barat. Sedangkan Muhammad Abduh berbeda dari gurunya, Muhammad Abduh tidak berjuang melalui politik namun melalui pembaharuan bidang pendidikan dimana Muhammad Abduh menciptakan kurikulum yang modern dari tingkat dasar,menengah dan atas agar umat islam dapat bersaing dengan bangsa barat yang lebih maju karena faktor pendidikannya. Hal ini berawal ketika Muhammad Abduh belajar di Al Azhar dan dia merasa sangat jenuh dan bosan karena disana masih menggunakan sistem pendidikan tradisional yang menekankan aspek hafalan yang tidak dapat mengasah nalar kritis para siswanya yang dapat menyebabkan kejumudan. Oleh karena itu maka Muhammad Abduh melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan dengan menciptakan kurikulum modern dimana ditingkat dasar para murid diajarkan menulis, berhitung, membaca dan sejarah. Sedangkan pada tingkat menengah diajarkan mantiq, akhlak, aqidah dan fiqh. Dan pada tingkat atas diajarkan tafsir, hadits, ushul fiqh, retorika dan ilmu kalam. Pembaharuan pendidikan islam dengan kurikulum modern ini telah diterapkan juga dalam pendidikan tinggi di Al Azhar yang dahulunya tradisional dan kuno.

Gerakan tajdid merupakan suatu gebrakan Muhammadiyah dalam rangka memajukan umat islam dengan cara-cara yang moderat yang bertujuan untuk menjunjung tinggi ajaran islam guna mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil IMM KOM. MOH. HATTA