PAPUA SAMA PENTINGNYA DENGAN PALESTINA

 Papua Sama Pentingnya dengan Palestina

Oleh: Ulinnuha Ardhaniswari 

 

Lihat di Palestina sudah ribuan nyawa melayang kawan-kawan! Ini bukan lagi soal keagamaan, melainkan soal kemanusiaan, kita harus menyuarakannya!” teriak sang orator dengan lantang di mimbar-mimbar aksi dengan menggunakan atribut 2 simbol negara, Indonesia dan Palestina.

Penulis mencoba merenungkan kawan-kawan, penulismempertanyakan sesuatu mengenai makna 2 simbol negara itu? Apakah kalian merasa bahwa hanya Palestina yang harus kita gelorakan aksi pembelaan itu? Apakah di Indonesia sendiri warganya sudah merdeka dan hidup sejahtera tanpa takut merenggang nyawa karena konflik pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) juga?

Apakah kalian menyadari dampak panjang dari aksi pembelaan besar-besaran yang kita lakukan untuk Palestinaterhadap warga negara kita sendiri? Apa kata saudara senegara kita? Bukan, bukan berarti penulis menolak atau bahkan mengecam aksi pembelaan untuk Palestina. 

Penulis pun mengikuti dan antusias terhadap aksi tersebut. Tapi, penulis tersadarkan bahwa ternyata ada bagian dari negara kita sendiri juga masih butuh untuk diusahakan. 

Papua Hampir Terlupakan

Siapa dia? PAPUA, namanya. Jangan lupa bahwa Bumi Cenderawasih itu adalah bagian Indonesia. Jangan hanya formalitas mengakuinya, tapi tunjukkan bahwa mereka ada dan mereka juga bagian dari kita, Indonesia. Penulis tidak taupasti, apakah berita mengenai ‘Papua ingin merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia’ itu sudah terdengar di telinga kalian atau kah memang belum? kalaupun sudah, penulisberharap kalian tidak menutup telingamata, dan hati nuraniatas ini semua. 

Jikalau belum, mari kita refleksikan bersama tentang Bumi Cenderawasih ini. Mungkin coba kita balikkan pertanyaan sang orator tadi, sudah berapa nyawa warga sipil yangmelayang karna konflik disana? sudah berapa nyawa aparat negara yang tewas karna membantu menghalau konflik disana? Sudahkah kalian melihat datanya? Cukuplah hati nurani masing-masing yang merenungkannya.

Berdasarkan catatan Komnas HAM pada tahun 2022, konflik bersenjata di Papua menelan korban 63 jiwa, termasuk 13 anggota TNI-Polri dan anggota kelompok sipil bersenjata. Konflik yang terjadi di Sinakma, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan pada 23 Februari 2023 juga menelan sebanyak 12 orang meninggal buntut dari konflik tersebut. Apa katanya? Tak sebanyak warga Palestina ya? Ah, sakit sekali mendengarnya

Papua Butuh Perhatian Kemanusiaan

Memang tak sebanyak itu korbannya, tapi rasa-rasanya sisikemanusiaan tidak akan rela melihatnya. Mungkin salah satu alasan Papua ingin merdeka adalah karena kesenjangan perhatian atau bahkan diskriminasi kita terhadap mereka. Kita anggap Papua adalah saudara kita bahkan diakui PBB dari dulu, tapi apakah sikap kita menunjukkan pengakuan itu?Apakah sikap kita menunjukkan pembelaan itu?.

Padahal kita bersikukuh mempertahankan Papua agar tetap menjadi bagian dari Indonesia, kita tidak mau melepaskan Papua, tapi lagi-lagi penulis ini mempertanyakan; dimana aksi bela untuk Papua itu? Dimana aksi untuk mempertahankan Papua it Dimana aksi untuk menghentikan konflik Papua itu? Dimana aksi untuk menjaga keutuhan negara ini? Dimana keadilan itu ada?

Kawan-kawan, sungguh harus dipertegas bahwa ketika kita melakukan aksi bela Palestina karna kemanusiaan juga, menggunakan atribut yang sama, mengibarkan 2 bendera yang sama. Tapi, ketika melihat lagi bendera merah putih yang berkibar itu, penulis tersadar bahwa didalamnya terdapat salah satunya adalah Bumi Cenderawasih.

Bumi yang ternyata juga mencabik kemanusiaan itu, yang butuh kita perhatikan juga barang sejenak. Kenapa kita tidakmulai melatih empati, simpati, hingga aksi dari yang terdekat dulu? Apakah karena trending dunia ini tidak mengenai Papua? Apakah harus trending dulu baru kita tilik konfliknya? 

Kita sudah banyak dan masif melakukan aksi dari panggung ke panggung, dari jalan ke jalan, dari mimbar ke mimbar. Aksi penggalangan dana juga sudah dilakukan, hingga aksi boikot seluruh produk atau jasa yang terindikasi pendukungIsrael. Sekali lagi coba renungkan, langkah apa yang sudah kita lakukan untuk membela bagian dari negara kita sendiri? 

Pembatalan MoU Jeda Kemanusiaan Bersama (JKB

 yang dilakukan sepihak oleh Komnas HAM? Kemudian menyuarakan kebebasan negara lain, tapi abai akan kesejahteraan saudara senegaranya? Menghitung kuantitas korban berjatuhan di negara lain, namun lalai menghitung korban konflik di negara sendiri? 


Palestina will be free, Papua will be safe


Kemudian sibuk dengan perkembangan negara lain, tapi luput akan perkembangan negara sendiri? Apakah itu perlakuan yang patut dari kita untuk mereka yang ‘katanya’ kita pertahankan untuk tetap berada di naungan bendera yang sama bendera merah-putih?

Besar harapan hati nurani penulis, dengan catatan tulisan sederhana ini, membuat pembaca terketuk bukan makinmerasa terkutuk. Penulis mengajak pembaca bersama untuk peduli kemanusiaan diluar tanpa melupakan didalam. Mari kembali kita gaungkan dengan lantangfrom the river to the sea, Palestine will be free tanpa lupa untuk tetap mengaungkan juga; PAPUA itu INDONESIA, PAPUA saudara kita, PAPUA will be safe.

Komentar

  1. yakk setuju kak, jangan sampai menutup mata untuk masalah dalam negri sendiri

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Wajib komentaar, neng ojo saru-saru.

Postingan populer dari blog ini

Profil IMM KOM. MOH. HATTA