Puisi - Lampau

Lampau

Karya: Teguh Jairyanur Akbar

“acap kali angin itu menerpa dengan badainya yang begitu keras, 

kerap kali juga api itu membakar dengan baranya yang amatlah panas, 

dan kian kali pula air itu menghempas dengan ombaknya yang sangatlah ganas, 

begitu-pun aku,

maksudku rindu ini, 

rindu yang mendekap dan membaluti-ku kini,

teramatlah nahas pikirku,

ia menyelubungiku,

mengerubungiku,

setiap sepiku,

di malam-malam dinginku,

RINDU... dengarlah tanyaku,

PUAS ?

apakah kau sudah puas ?

ayolah... 

jawab...

jawab tanyaku...

aku sedang bertanya...

betapa kurang ajarnya kau,

kau buat aku mendekam,

meringkuk,

dan bahkan merengek,

lalu setelah aku muak dan berdiri tegap lagak seorang kesatria,

kau berlindung dibalik molek indah wanita itu,

selalu saja seperti itu... SIALAN,

dan sadarku,

begitulah kamu,

dan beginilah aku setelah denganmu,

kiranya kini aku setuju dengan ujar-ujar suatu keindahan yang tak pernah lekang oleh waktu,

aku membuktikannya pada dirimu,

dan kamu menegaskan hal itu,

kau jadikan nyata setiap kutukanmu melalui rindu,

kau rangkai sedemikian rupa,

kau kemas dengan begitu apiknya,

dan setelahnya,

kau namai itu dengan KARMA,

kuterima belati darimu yang menikamku secara massal,

kudapati seonggok diri ini sedang merayakan hari-hari penuh sesal,

lalu dengan membabi-buta kusetubuhi setiap kenangan pada romantisme masa lalu dengan lirih nan begitu kesal,

melahap hebat segala harap,

ketika kau ranggas suka dan cita itu dengan begitu biadab,

tanpa dekap kau pergi meninggalkanku dipalung yang amat gelap,

bagai aku orang yang tak beradab,

kau cabik,

kau koyak,

kau keruk,

kau gerogoti setiap kebahagiaan yang kumiliki kini,

menganga luka-luka itu, 

berlumur darah sekujur tubuh ini,

dan kubasuh dengan peluhku sendiri,

inginku hanyalah aku yang menahan segala lara,

anganku agar kamu tidak merasa,

karena yakinku,

kamu tak akan pernah mau dan mampu diterpa derita yang kini sedang aku terima.”

–Seorangremaja