AKANKAH KAU MERUGI KARNA KEPUTUSANMU?

Oleh : IMMawan Ezat Indra Saputra


        Menjadi bahan renungan pada tiap diri kita, seberapa kita mengenal diri kita sendiri? Seberapa terbuka dan seberapa jujurkah kita dalam menghormati dan mendengarkan suara hati atau logika kita? Begitu naif ketika kesadaran dan proses mengenal diri terlewatkan pada tiap interaksi yang dilakukan. Kita adalah tuan, bukan korban dari nasib kita sendiri (Alfred Adler). Penerimaan diri pun sudah semestinya begitu erat terhadap tiap lakon hidup yang dipentaskan. Memang kita semua dilahirkan dengan rangkaian kekuatan dan kelemahan kita sendiri, dan tidak ada rumus ajaib yang bisa bekerja seperti mukjizat bagi kita semua.

        Selama bertahun-tahun orang memahat, memalu, mengamplas, dan menggosok kita. Tepat ketika kita berpikir bahwa kita telah menjadi produk jadi, seorang membentuk kita lagi. Kadang kali kita merasakan indahnya taman bunga, dielus, dicium, dan merasakan pujian tiada henti, tetapi kadang kali kita direndahkan, dianalisa, mungkin sampai pada pengabaian. Beberapa kualitas kita indah bertatahkan emas, sedangkan beberapa lainnya bercacat dengan garis-garis kelabu. Yang akhirnya pertanyaan sekarang ialah “bagaiamana kita dapat membentuk konsep diri kita?”

     Apa itu manusia? Bagaimana dengan diri kita sebenarnya? Disini perlu kita hentikan pertanyaan itu, karena kita sudah tau. Manusia adalah kekuatan yang akhirnya akan meniadakan segala macam tirani dan mengusahakan adanya otoritas pada tiap dirinya. Dialah kekuatan yang terbukti dengan sendirinya. Sesuatu yang mesti dilestarikan dan kepastian yang akan mempengaruhi satu sama lain. Dari situlah kesadaran akan legitimasi manusia mesti secara maksimal kita arahkan pada Tindakan yang penuh kesadaran atas resiko atau pun kebermanfaatan nantinya.

.     Setelah banyak nya cerita yang ku dengar dan kejadian yang ku tangkap. Beberapa hari aku mengembangkan pemikiran dalam kegelapan, problematika diri manusia yang terus mempertanyakan eksistensi diri dan mungkin sampai pada kuasa Nya. Momentum penyangsian diri yang geram ku tuntaskan lewat tulisan ini. Sampai pada titik jenuh yang ku temui, penjelajahan akan firmanNya, sabda yang tersampaikan, hingga wacana revolusi ku lakukan untuk menyudahi kekaucauan pikir ini. Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi (An-Nisa ayat 79); “khoirunnas anfauhum linnas ” sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lain.

        Sekarang aku dapat mempertimbangkan dan memikirkan kembali bahwa benar setiap kebajikan tentu menjadi ketetapanNya dan keburukan kembali pada kesalahan kita. Secara jelas terjawab pula dengan algoritma bentukan sesama manusia yang menyeret manusia lain dan itu kembali pula pada kemutakhiran sistem filtrasi diri. Konsistensi pikir dan pengujian atas itu menjadi pekerjaan yang tak kan pernah usai karna semakin banyak pula pemahat bermunculan di era ini. Pola ketergantungan, nafsu yang berorientasi pada hasil akhir begitu signifikan berpengaruh pada pola Tindakan. Ketika kita refleksikan pada lingkup lingkar pemikiran atau organisasi, sering kali ku mendengar pernyataan “sudah jangan terlalu banyak berwacana, kita bukan pemerintah/penguasa” atau “pertanyaan soal benefit yang sekedar untuk diri.

        Benar, itulah yang saat ini menjadi keresahanku, benarkah pertanyaan dan penyataan itu layak dilontarkan? Apakah wajar disampaikan? Terlepas dari hal itu semua, yang jelas tulisan ini besar harapan saya dapat menjadi refleksi, bahan perenungan bagi kita semua. “Tuhan tak akan pernah merubah kondisi suatu kaum, tanpa dirinya usaha untuk merubahnya” licik rasanya menjadi seorang hamba yang terus mengharapkan sesuatu atau benefit untuk dirinya tanpa memberi. Punya tujuan tanpa usaha merealisasikannya. TETAPKAN APA YANG MENJADI ORIENTASI DIRI DAN KEBERMANFAATANNYA, IKHTIARKAN.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil IMM KOM. MOH. HATTA