IMM sebagai gerakan Moral
Ketika IMM hendak dilahirkan, para sesepuh
pendiri dipanggil oleh PB HMI, karena pada waktu itu banyak yang mempertanyakan
kelahiran IMM. Dari penuturan dr. Syafiq salah satu angkatan pertama, IMM
dinilai memecah belah umat islam kususnya mahasiswa dengan membuat organisasi
tandingan. Membuat firqoh-firqoh baru. Salah ketika menyatakan hal tersebut.
IMM akan menggarap celah-celah yang terlupakan oleh organisasi kemahasiswaan
pada waktu itu. Moral.
Gerakan profetik sebagai pembeda dari yang
lain. Kenabian sebagai sifatnyaakan memperbaiki kekosongan manusia sekarang,
yaitu moral. Moral dipandang akan selalu relevan untuk disuarakan, diperbaiki
dan direpresentasikan dalam tindakan. Para pemikir awal IMM melihat moral akan
menuju kemerosota. Dalam realitanya lima puluh tahun perjalanan sejarah memang
benar. Perilaku atas dasar pragmatism semakin kental ketara. Uang dan kekuasaan
sebagai cirri khas saat ini yang hanya mencari eksistensi tanpa melihat esensi
dari ebuah tindakan. Mungkin inilah yang membuat kita menjad budak dunia.
Menjadikan ukhrowi oriented, IMM melihat duniawi
sebagai akses menuju hal tersebut. Akan sia-sia ber-IMM jika kita tidak
menjadikan moral kenabian sebagai acuan. Inilah yang sekarang terus digalakkan
untuk mengikis habis pragmatism gerakan. Dan inilah cirri khas IMM yang hilang.
Gerakan Moralitas dalam Meretas Zaman.
Dalam usianya yang tidak lagi muda bagi
sebuah organisasi, setengah abad organisasi otonom Muhammadiyah yang telah
melaksanakan Muktamar. Hal ini perlu disadari Muktamar tidak boleh dijadikan
sebatas formalitas dua tahunan dan pergantian kepemimpinan. Dalam forum paling
besar dan juga mengambil tema yang besar pula salah ketika hanya menjadikan
slogan belaka.
Didalam tema yang sarat filosofis sekaligus
momentum untuk mencetuskan pandangan-pandangan gerakan ke depan. Solo sebagai
tempat lahirnya deklarasi yang begitu revolusioner (baca; kottabarat)
diharapkan akan terulang kembali. Dengan membicarakan hal-hal yang sifatnya
substansial misalnya perkaderan dll. Bukan sekadar deklarasi belaka tanpa
tindak lanjut. Tentu keputusan yang baru akan berbeda dengan zaman awal
pendirian dengan sketsa sosio-politis yang berbeda pula. Keputusan-keputusan
yang baru yang sesua dengan gerakan saat ini dan yang akan datang jelang satu
abad.
Sesuatu yang diharapkan revolusioner
tersebut tidak akan lahir jika kader-kader IMM belum merefleksikan falsafah
gerakan yang tertuang dalam surat Ali Imron ayat 104 ;” Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada keutamaan,
menyuruh kepada yang baik (ma’ruf) dan mencegah kepada yangburuk ( mungkar)
merekalah orang-orang yang menang.”
Moral adalah suatu keutamaan dari
segolongan umat tanpanya kita hanya akan menjadi orang yang vocal dalam
menyuruh. Moral yang utama atas dasar gerakan profetik adalah tindakan itu
sendiri sekaligus strategi cultural. Dan jika itu ada dalam setiap individu
dari struktur atas (baca; pusat) sampai grass
roots (baca; komisariat) maka pantaslah IMM selama ini disebut meretas
zaman.
Anggun dalam moral, unggul dalam
intelektual, radikal dalam gerakan.
*Penulis adalah Kabid Media dan Komunikasi periode 2013-2014
Komentar
Posting Komentar
Wajib komentaar, neng ojo saru-saru.